BAB I
PENDAHULUAN
1.1 SEJARAH
RS Fatmawati didirikan pada tahun 1954 oleh
Ibu Fatmawati Soekarno. sebagai RS yang mengkhususkan Penderita TBC Anak dan
Rehabilitasinya. Pada tanggal 15 April 1961 penyelenggaraan dan pembiayaan RS
Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan sehingga tanggal tersebut
ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati. Dalam perjalanan RS Fatmawati, tahun
1984 ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan
sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangan RS Fatmawati ditetapkan
sebagai Unit Swadana pada tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan menjadi Unit
Swadana Tanpa Syarat, pada tahun 1997 sesuai dengan diperlakukannya UU No. 27
Tahun 1997, rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal
11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
1.2 VISI DAN MISI
VISI
“Terdepan, Paripurna dan Terpercaya di Indonesia”
MISI
1.
Memfasilitasi dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian diseluruh disiplin ilmu, dengan
unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen
resiko klinis.
2.
Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.
3.
Mengelola keungan secara efektif, efisien,
transparan dan akuntabel serta berdaya saing tinggi.
4.
Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai
perkembangan IPTEK terkini.
5.
Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan
kesejahteraan sumber daya manusia.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan ilmu, pengalaman dan
wawasan yang luas di RSUP Fatmawati .
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui sejauh mana materi
kontras yang dimengerti .
b.
Untuk memenuhi tugas kampus sebanyak 4
sks .
1.4 Tujuan RSUP Fatmawati
1.
Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan
paripurna yang memenuhi kaidah
keselamatan pasien (Patient Safety)
2.
Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang
bermutu tinggi dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
3.
Mewujudkan pengembangan berkesinambungan
dan akuntabilitas bagi pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
4.
Terwujudnya SDM yang profesional dan
berorientasi kepada pelayanan pelanggan.
5.
Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan
merata bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit.
1.5 PELAYANAN UNGGULAN
Orhopaedi dan Rehabilitasi Medik dengan tetap mengemabangkan pelayanan spesifik yang lain
•Rehab Musculosceletal
•Rehab Spinal Cord Injury
•Rehab Geriatric
•Rehab Neuromusculer
Orthopaedi
•Spine
•Hand
•HipsandKnee
•SportInjury
•PaediatricOrthopaedi
•LimbandJointReconstruction
•OnkologyOrthopaedi
•FootandAnkle
•ShoulderReconstruction
•Traumatologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang
Dalam
Instalasi Radiologi terdapat Sub unit
yang terdiri dari IGH ,Emergency atau IGD dan center, dengan seluruh
radiografer berjumlah 23 orang.
Mahasiswa
melaksanakan praktek kerja lapangan di
center radiologi di bagi dalam beberapa kamar diantaranya :
Kamar 1
|
Pemeriksaan vertebrae,cranium,SPN, Thorax
MCU/MPK,scoliosis program
|
Kamar 2
|
Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu
CT-SCAN
|
Kamar 3
|
Pemeriksaan ekstremitas superior,ekstremitas
inferior, dan pasien ruangan
|
Kamar 4
|
Pemeriksaan kontras
|
Kamar 5
|
Pemriksaan thorax
|
Kamar 6
|
Pemeriksaan BNO IVP,Cystogram
|
Kamar 7
|
Pemeriksaan dental,panoramic
|
Kamar flouroscpy (Lantai 2)
|
Pemeriksaan dengan bahan kontras seperti
colon in loop,lopografi,fistulografi,OMD,APP,HSG,Cholangiografi, oesofagografi,dll.
|
Ruang Computed Radiography (CR)
adalah ruang yang mengolah gambar radiografi sehingga menghasilkan output.Ini
adalah ruang CR RSUP Fatmawati :
Dari
berbagai pemeriksaan tersebut penulis tertarik membahas satu pemeriksaan yaitu
HSG dengan penjelasan dihalaman selanjutnya :
2.2 Pengertian Pemeriksaan HSG
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga
rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab
terjadinya infertilitas .
2.3 Anatomi
dan Fisiologi
Uterus :
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6,5 cm
– 6 cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan
di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri yang merupakan bagian
terbesar, dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan serviks. Kanalis
servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya pada nullipara
ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. Beberapa posisi uterus ,antara lain: Antefleksi, rofleksi, teversi, dan
retroversi .
Rahim retrofleksi merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana
rahim melengkung ke belakang ke arah punggung, sementara rahim biasanya
(antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat pada
20% wanita.
Saluran telur (tuba uterina):
Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm.
Terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Pars interstisialis, yaitu bagian
yang menempel pada dinding uterus .
b. Pars ismika, merupakan bagian medial yang
menyempit seluruhnya .
c. Pars ampularis, bagian yang
berbentuk saluran agak lebar .
d. Infundibulum, bagian ujung tuba yang
terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria.
Ovarium:
Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan mesovarium
menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal ovarium, panjang
2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm.
2.4 Patologi Indikasi Pemerikasaan Dan Kontra Indikasi
1. Patologi Dan Indikasi pemeriksaan dari suatu pemeriksaan HSG adalah
antara lain sebagai berikut:
· Sterilisasi primer dan sekunder.
· Infertilitas primer dan sekunder.
· Menentukan lokasi IUD,apakah intrauterine atau tidak ( translokasi IUD).
· Pendarahan pervagina minimal, akibat mioma, polip adenomatous uteri.
· Abortus habitualis trisemester II yang dicurigai akibat inkompetensi
cerviks.
· Kelainan bawaan uterus, misalnya unicornis, bicornis, uterus septus, dll.
· Tumor cavum uteri.
· Hidrosalping, yaitu salah satu bentuk peradangan kronik pada salping dan
sering akhir dari pyosalping dengan
resorbsi eksudat purulan diganti dengan cairan jernih.
· Tuba non paten yaitu tuba yang oklusi sehingga sprema tidak bisa mencapai
ampula untuk membuahi ovum.
2. Kontra Indikasi Dari Pemeriksaan HSG
· Pendarahan pervagina
yang berat
· Infeksi organ
genital baik bagian dalam maupun luar
· Menstruasi
· Hamil
C. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
- Pasien melakukan perjanjian.
- Pasien menandatangani formulir pernyataan.
- Pasien di beri tahukan beberapa persiapan,diantaranya :
· Pasien
dilarang coitus (melakukan hubungan suami istri) sebelum dilakukan pemeriksaan agar
tidak mengganggu pemeriksaan supaya rahim dalam keadaan bersih tidak terdapat
sperma.
· Pemeriksaan
HSG dilakukan pada hari 9 – 12, dilihat dari siklus haiddan dihitung dari hari pertama
haid.
- Pemeriksaan dilakukan setelah semua persiapan dilakukan dengan baik.
- Pasien diberikan satu tablet spasium dan langsung diminum sebelum pemeriksaan.
- Pasien ganti baju diruang ganti pasien.
- Lalu supine diatas meja pemeriksaan dan kaki diatas
standfoot.
- Tiga puluh menit sebelum pemeriksaan pasien disuntikkan valium intra
musculer.
2.5 Bahan Kontras yang digunakan
Bahan
kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat
kontras yang larut dalam air yaitu urografin 76% . Bahan kontras ini sifatnya
encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke dalam tuba dan
menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum dengan segera. Pada
tahun-tahun terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid yang
juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi, sialografi, fistulografi, dan
saluran-saluran yang halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi kembali
berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga peritoneum 1,3.
Jumlah
bahan kontras yang digunakan berbeda-beda, tergantung pasien, tetapi biasanya
mendekati 10 ml 1.Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan,
karena komplikasi yang ditimbulkannya yaitu 1:
-
Emboli paru
- Granuloma pada permukaan peritoneum
- Fibrosis peritoneum
- Penyerapan lebih lama Bahan
kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti
urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin (meglumine
iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone),
isopaque (metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya .
2.6 Alat Dan
Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG set terdiri atas
bahan-bahan steril dan unsteril,
yang terdiri dari:
· Pesawat
Rร dengan flouroscopy
· Kaset
ukuran 18x24cm; 24x30cm
· Peralatan
proteksi radiasi
Steril
· Sonde
uterus
· Speculum
vagina
· Tenaculum (portio tang)
· Conus dgn ukuran S,M,L
· Sarung tangan steril (hand scoon)
· Kain kassa steril
· Kanula injection dan syring
Un Steril :
· Lampu
sorot
· Bengkok
· Foot
stand
2.7 Identitas Pasien
1.
Nama
: Mrs.X
2.
Umur : 42
tahun
3.
Jenis Kelamin : Perempuan
4.
Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2013
5.
Keterangan Klinis : Infertilitas primer
2.8 Tekhnik Pemeriksaan
1. Plan Foto
Teknik pemotretan
· Pasien supine diatas meja pemeriksaan
· Atur posisi pasien agar pelvis simetris
· Sentrasi kurang dari 2,5 cm garis tengah antara kedua sias atau 2 inchi di
atas symphisis pubis
· Sinar diarahkan tegak lurus film
2. Pemasangan Alat dan Pemasukan Bahan
Kontras
· Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien
diberi alas.
· Posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut fleksi. sebelum dilakukan
pemasangan alat HSG, pasien diberitahukan tentang pemasangan alat dengan maksud
agar pasien mengerti dan tidak takut.
· Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan.
· Bagian genetalia eksterna dibersihkan dengan betadine menggunakan
kassa steril.
· Speculum dimasukkan ke liang vagina secara perlahan-lahan.
· Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat
forceps/tenaculum.
· Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde
uterus.
· Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix
dapat terbuka.
· Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan
dengan syiringe yang berisi bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang
vegina sehingga conus masuk ke dalam osteum uteri oksterna (ke
dalam cervix).
· Tenaculum dan alat salphingograf di fixasi, agar kontras media yang
akan dimasukkan tidak bocor.
· Speculum dilepas perlahan-lahan
· Pasien dalam keadaan supine digeser ketengah meja pemeriksaan, kedua
tungkai bawah pasien diposisikan lurus.
· Kemudian fluoroscopy pada bagian pelvis dan bahan kontras
disuntikkan hingga terlihat spill pada kedua belah sisi.
3. Proyeksi AP
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan
kedua tungkai lurus, pelvis rapat pada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas
kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg.
Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang
melintang
Bahan kontras : disuntikkan 2-5 cc
Central ray : pada symphisis pubis
Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tidak tampak pengisian
bahan kontras ke dalam tube fallopi, tampak gambaran corpus
uteri dan spill padaperitoneal cavity (rongga
peritoneal).
4. Proyeksi Oblique Kiri
Posisi pasien : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul
bagian kanan diangkat kira-kira 45ยบ, panggul bagian kiri merapat ke meja
pemeriksaan , kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
Ukuran kaset : 18x24 cm diletakkan
melintang
Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS
dengan sympisis pubis. Kriteria gambar : yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri,
serta tidak spill di sekitar fimbrae, tube uterus bagian kanan dan kiri .
6. Post Void/Post Mixi
Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto, setelah pasien miksi
Kriteria
gambar
· Daerah
pelvis mencakup vesica urinaria
· Daerah
uterus (pintu panggul atas terlihat di pertengahan film)
· Tampak sisa kontras, sebagian telah kosong
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari penyebabinfertilitas.
Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 76% .Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari penyebabinfertilitas.
Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 76% .Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.