BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan histerosalphingografi
(HSG). Selain itu akan dijelaskan tentang kriteria-kriteria
gambar yang terlihat pada pemeriksaan ini.
1.2 Tujuan
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk mengemukakan prosedur
pemeriksaan HSG dan peranan HSG dalam menggambarkan organ reproduksi wanita,
serta membantu menurunkan tingkat infertilitas yang saat ini sudah sering
dilakukan diberbagai rumah sakit.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana anatomi dan fisiologi
pemeriksaan HSG?
- Bagaimana teknik pemeriksaan HSG?
- Apa saja criteria gambar yang terlihat
pada teknik pemeriksaan tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan HSG
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu untuk pemeriksaan dasar untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga
rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab
terjadinya infertilitas .
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Uterus :
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah
peer, panjang 6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di
belakang kandung kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri
yang merupakan bagian terbesar, dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan
serviks. Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya
pada nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. Beberapa posisi uterus ,antara lain:
Antefleksi, rofleksi, teversi, dan retroversi .
Rahim retrofleksi merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana
rahim melengkung ke belakang ke arah punggung, sementara rahim biasanya
(antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat pada
20% wanita.
Saluran telur (tuba
uterina):
Merupakan
saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm. Terdiri dari 4
bagian yaitu:
a. Pars interstisialis, yaitu bagian
yang menempel pada dinding uterus .
b. Pars ismika, merupakan bagian medial yang
menyempit seluruhnya .
c. Pars ampularis, bagian yang
berbentuk saluran agak lebar .
d. Infundibulum, bagian ujung tuba yang
terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria.
Ovarium:
Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal
ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm.
2.3 Patologi Indikasi Pemerikasaan Dan Kontra Indikasi
1. Patologi Dan Indikasi pemeriksaan dari suatu pemeriksaan HSG adalah
antara lain sebagai berikut:
· Sterilisasi primer dan sekunder.
· Infertilitas primer dan sekunder.
· Menentukan lokasi IUD,apakah intrauterine atau tidak ( translokasi IUD).
· Pendarahan pervagina minimal, akibat mioma, polip adenomatous uteri.
· Abortus habitualis trisemester II yang dicurigai akibat inkompetensi
cerviks.
· Kelainan bawaan uterus, misalnya unicornis, bicornis, uterus septus, dll.
· Tumor cavum uteri.
· Hidrosalping, yaitu salah satu bentuk peradangan kronik pada salping dan
sering akhir dari pyosalping dengan
resorbsi eksudat purulan diganti dengan cairan jernih.
· Tuba non paten yaitu tuba yang oklusi sehingga sprema tidak bisa mencapai
ampula untuk membuahi ovum.
2. Kontra Indikasi Dari Pemeriksaan HSG
· Pendarahan pervagina
yang berat
· Infeksi organ
genital baik bagian dalam maupun luar
· Menstruasi
· Hamil
C. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut :
- Pasien melakukan perjanjian.
- Pasien menandatangani formulir pernyataan.
- Pasien di beri tahukan beberapa persiapan,diantaranya :
· Pasien
dilarang coitus (melakukan hubungan suami istri) sebelum dilakukan pemeriksaan agar
tidak mengganggu pemeriksaan supaya rahim dalam keadaan bersih tidak terdapat
sperma.
· Pemeriksaan
HSG dilakukan pada hari 9 – 12, dilihat dari siklus haiddan dihitung dari hari pertama
haid.
- Pemeriksaan dilakukan setelah semua persiapan dilakukan dengan baik.
- Pasien diberikan satu tablet spasium dan langsung diminum sebelum
pemeriksaan.
- Pasien ganti baju diruang ganti pasien.
- Lalu supine diatas meja pemeriksaan dan kaki diatas
standfoot.
- Tiga puluh menit sebelum pemeriksaan pasien disuntikkan valium intra
musculer.
2.4 Bahan
Kontras yang digunakan
Bahan
kontras yang sering digunakan adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu
urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%). Bahan
kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk
ke dalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum
dengan segera. Pada tahun-tahun terakhir ini dipakai juga bahan kontras
lipiodol ultrafluid yang juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi, sialografi,
fistulografi, dan saluran-saluran yang halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa
reasorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga
peritoneum .
Jumlah
bahan kontras yang digunakan berbeda-beda, tergantung pasien, tetapi biasanya
mendekati 10 ml .Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan,
karena komplikasi yang ditimbulkannya yaitu :
-
Emboli paru
- Granuloma pada permukaan peritoneum
- Fibrosis peritoneum
- Penyerapan lebih lama Bahan
kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti
urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin (meglumine
iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone),
isopaque (metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya .
2.5 Alat
Dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG set terdiri
atas bahan-bahan steril dan unsteril,
yang terdiri dari:
· Pesawat RÖ dengan
flouroscopy
· Peralatan proteksi
radiasi
Steril
· Sonde
uterus
· Speculum vagina
· Tenaculum (portio tang)
· Conus dgn ukuran S,M,L
· Sarung tangan steril (hand scoon)
· Kain kassa steril
· Kanula injection dan syring
Un Steril :
.
Lampu sorot
.
Bengkok
.
Foot stand
2.6 Tekhnik Pemeriksaan
1. Plan Foto
Teknik pemotretan
· Pasien supine diatas meja pemeriksaan
· Atur posisi pasien agar pelvis simetris
· Sentrasi kurang dari 2,5 cm garis tengah antara kedua sias atau 2 inchi di
atas symphisis pubis
· Sinar diarahkan tegak lurus film
2. Pemasangan Alat dan Pemasukan Bahan
Kontras
· Pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien
diberi alas.
· Posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut fleksi. sebelum
dilakukan pemasangan alat HSG, pasien diberitahukan tentang pemasangan alat
dengan maksud agar pasien mengerti dan tidak takut.
· Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan.
· Bagian genetalia eksterna dibersihkan dengan betadine menggunakan
kassa steril.
· Speculum dimasukkan ke liang vagina secara perlahan-lahan.
· Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat
forceps/tenaculum.
· Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde
uterus.
· Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix
dapat terbuka.
· Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan
dengan syiringe yang berisi bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang
vegina sehingga conus masuk ke dalam osteum uteri oksterna (ke
dalam cervix).
· Tenaculum dan alat salphingograf di fixasi, agar kontras media yang
akan dimasukkan tidak bocor.
· Speculum dilepas perlahan-lahan
· Pasien dalam keadaan supine digeser ketengah meja pemeriksaan, kedua
tungkai bawah pasien diposisikan lurus.
· Kemudian fluoroscopy pada bagian pelvis dan bahan kontras
disuntikkan hingga terlihat spill pada kedua belah sisi.
3. Proyeksi AP
Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan
kedua tungkai lurus, pelvis rapat pada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas
kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg.
Bahan kontras : disuntikkan 2-5 cc
Central ray : pada symphisis pubis
Kriteria gambar : gambar yang tampak adalahpengisian bahan
kontras ke dalam tube fallopi, tampak gambaran corpus
uteri dan spill padaperitoneal cavity (rongga
peritoneal).
4.
Proyeksi Oblique
Kanan
Posisi pasien : supine, tungkai bawah kanan lurus,panggul bagian kiri diangkat kira-kira
45 derajat, panggul bagian kanan merapat ke meja pemeriksaan, kedua tangan di
atas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendalenbarg.
Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan
sympisis pubis bagian kanan, lalu di eksposi.
Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tampak pada
pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tube uterine, dan spill pada rongga
peritoneum
5. Proyeksi Oblique Kiri
Posisi pasien : supine, tungkai bawah kiri lurus, panggul
bagian kanan diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kiri merapat ke meja
pemeriksaan , kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS
dengan sympisis pubis.
Kriteria gambar : yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tidak spill tube uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae.
Kriteria gambar : yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tidak spill tube uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae.
6. Post Void/Post Mixi
Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto, setelah pasien miksi
Kriteria
gambar
· Daerah
pelvis mencakup vesica urinaria
· Daerah
uterus (pintu panggul atas terlihat di pertengahan film)
Tampak· sisa kontras, sebagian telah kosong
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari penyebab infertilitas.
Bahan kontras yang sering digunakan oleh RSX adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60% .Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
Histerosalpingografi (HSG) merupakan suatu pemeriksaan dasar untuk mengetahui anatomi dan fisiologi alat genital wanita, melihat bayangan rongga rahim dan bentuk tuba fallopi. Biasanya dilakukan untuk mencari penyebab infertilitas.
Bahan kontras yang sering digunakan oleh RSX adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60% .Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar